Penggelondongan Kerapu Lumpur di Tambak

Oleh Markus Sembiring 13 Sep 2019, 17:31:05 WIB Perikanan Budidaya
Penggelondongan Kerapu Lumpur di Tambak

Keterangan Gambar : Penggelondongan Kerapu Lumpur di Tambak


Penggelondongan Kerapu Lumpur di Tambak

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1.  

Latar Belakang

Kabupaten Langkat memiliki potensi yang cukup besar di bidang budidaya perikanan baik udang, nila, bandeng dan komoditi lainnya termasuk budidaya kerapu.

Ikan kerapu (Epinephelus Spp) merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang cukup potensial untuk dikembangkan. Sebagai ikan konsumsi ikan ini banyak dibutuhkan untuk hidangan restoran dan hotel mewah di dunia. Kisaran berat 500 – 100 gram per ekor, terutama dalam keadaan hidup memiliki harga tinggi dibandingkan dalam bentuk ikan mati. Negara konsumen terbesar adalah Hongkong dan Singapura

Di Kabupaten Langkat budidaya kerapu lumpur telah lama dilakukan baik yang dibudidayakan pada tambak maupun dalam Keramba Jaring Apung (KJA). Dalam melakukan budidaya kerapu lumpur tersebut para pelaku utama menemukan 4 jenis kendala besar yaitu:

Bibit;  Ukuran bibit yang digunakan tidak seragam sehingga terjadi kanibalisme selama pemeliharaan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat kelulusan hidup. Maslah bibit ini disebabkan belum adanya suplay bibit dari hatchery dan masih tergantung pada bibit hasil tangkapan dari alam yang tentunya ukurannya tidak dapat seragam.

Pakan;  Pakan yang diberikan adalah ikan rucah segar yang ketersediannya tergantung pada musim tangkapan. Bila pasang besar volumenya akan sangat banyak dan bila sedang pasang mati maka akan sangat sulit.

Lokasi;  Pemilihan lokasi kurang memperhatikan faktor resiko seperti gangguan alam, pencemaran, predator dan konflik pemakai serta parameter lingkungan yang tidak memenuhi syarat.

Hama/ penyakit Cara pengendalian hama dan penyakit umumnya belum banyak dipahami petani/pengusaha baik melalui pembersihan keramba, pencegahan predator maupun pengendalian/pengobatan penyakit yang ditimbulkan oleh organisme patogen.

Memperhatikan bahwa ketersediaan bibit masih merupakan salah satu factor utama dalam budidaya ini maka perlu adanya upaya utuk mengatasinya, sehingga dapat meningkatkan sumberdaya dan produksi kerapu.

Untuk itu desain penggelondongan kerapu lumpur yang telah disusun sebelumnya perlu diuji cobakan dan bila menunjukkan kelayakan maka akan diadopsi dan dikembangkan oleh pelaku utama..

 

 

  1.  

Tujuan

 Uji coba paket teknologi spesifik lokasi penggelondongan kerapu lumpur ditujukan untuk : menyediakan paket teknologi yang telah diujicobakan sesuai dengan kondisi dan spesifikasi lokasi yang ada di Kabupaten Langkat.

 

BAB II

DESAIN UJI COBA

 

  1.  

Persyaratan demonstrator

Jumlah demonstrator sebanyak  1 orang

Demonstrator mampu menyediakan minimal petakan tambak minimal 2 x 400 m2 dengan bentuk desain tambak bujur sangkar dan atau perbandingan panjang dan lebar  maksimal 3 : 2.

Memiliki atau mampu menyediakan keramba tancap dalam tambak sebanyak 4 unit  berukuran minimal 5 x 6 m

Memiliki atau mampu menyediakan kincir atau long am sebanyak 4 unit

Bersedia mengikuti penjelasan dan pedoman yang telah disusun

Demonstrator minimal telah berpengalaman dalam budidaya Kerapu lumpur  minimal selama 2 tahun

Bersedia melakukan pencatatan dan pengulangan minimal 3 siklus.

 

  1.  

Persyaratan Lokasi

Bebas dari faktor resiko yaitu : Gangguan alam (badai dan gelombang besar) Adanya predator (hewan buas laut dan burung laut) Pencemaran (limbah industri, pertanian dan rumah tangga) Konflik pengguna (lalu-lintas kapal umum dan kapal tanker)

Bebas dari faktor kenyamanan.

Memiliki persyaratan kondisi hidrografi, yaitu :

Kedalaman air              > 5 m

Kadar garam                20 – 35 ppt

Oksigen terlarut           3 – 7 ppm

Tinggi air pasang         0,5 – 1,5 meter

pH                                6 – 8,5

Suhu                             27 – 32 oC

Faktor pendukung lainnya seperti sumber pakan, tenaga kerja, Listrik dan jalan ke lokasi.

 

 

  1.  

Pemasangan kincir atau Long am.

20 m

20 m

Kincir/ long am

 

2m

2 m

Arah putaran air

20 m

Kincir/ long am

 

2m

2 m

Arah putaran air

 

 

 

 

 

 

 

 

Kincir atau long am dipasang pada sudut yang berseberangan. Jarak kincir/long am dari benteng sejau 2 m, seperti gambar berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1.  

Pembuatan pipa buangan Residu

 

0,3 M

 

 

 

 

 

 

 

1,5 M

 

Pipa pembuangan digunakan pipa berukuran diameter 8 inc. pipa bagian dalam diletakkan tepat ditengah petakan tambak dengan tinggi 0,3 m dan telah dilobangi disekelilingmya. Pipa bagin luar setinggi 1,5 m. Pipa ini juga akan berfungsi sebagai saluran pembuangan untuk pengeringan dan penjemuran tambak. Desain pipa sebagai gambar serikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1.  

Pipa Pembuangan Air Hujan

 

elbo

Permukaan tanggul

30 cm

50 cm

50 cm

 

 

Bibit kerapu sangat sensitive terhadap perubahan salinitas sehingga sangat perlu untuk mempertahankan salinitas air tambak. Bisanya pada musin penghujan salinitas bias menurung bila tidak dilakukan pembungn air hujan segera. Oleh sebab itu diperlukan pipa pengeluaran air hujan secara khusus.

 

Pipa pembuangan air hujan didesain sedemikian sehingga air hujan dapat keluar secara otomatis. Karena tinggi air dalam tambak adalah 1,2 m, maka pipa pengeluaran air hujan dibuat sedalam 30 cm dari atas permukaan tanggul (1,5 m). elbo pipa dibagian dalam tambak dibuat terbuka ke atas. Dengan demikian bila terjadi peningkatan ketinggian air permukaan tambak maka secara otomtis akan keluar melalui pipa ini. Karena massa jenis air hujan lebih rendah dibandingkan dengan air tambak maka air hujan akan cenderung dibagian permukaan dan akan keluar.

 

Pipa pengeluaran air hujan ini dibuat dengan memperhitungkn volume air hujan maksimum setiap detiknya. Untuk ukuran tambak dengan luas 500 m2 maka pipa pembuangan air hujan minimal berdiameter 6 inc. desain pembuangan air hujan sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1.  

Letak Keramba Tancap

 

KJT IV

2 m

 

KJT III

 

2 m

 

KJT II

KJT I

2 m

2 m

4,5 m m

1 m

6 m

5 m

Titi kontrol

Kincir

 

KJT IV

2 m

 

KJT III

 

2 m

 

KJT II

KJT I

2 m

2 m

4,5 m m

1 m

6 m

5 m

Titi kontrol

Kincir

Untuk memperoleh arus yang memdai maka letak keramba harus tepat, mengingat arus akan mempengaruhi ketersediaan oksigen dan aktifitas kerapu. Untuk memperoleh kecepatan arus yang memadai maka keramba diletakkan 8 m dari tanggul dan berjarak minimal 5 m dari kincir. Sebagaimana gambar berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1.  

Pembuatan Keramba Jaring Tancap

Pembuatan Keramba Jaring Tancap di tambak tidaklah sesulit membuat di sungai atau muara. Gunakanlah kayu lokal yang tersedia atau bambu. Ukuran yang dibuat adalah 6 x 5 m sebanyak 4 unit..

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa tingg keramba tidak boleh kurang dari 1,8 m karena ketinggian air yang dipergunakan adalah 1,2 m dengan demikian akan aman dati kemungkinan ikan keluar dengan cara melompat. Selanjutnya mata jarring yang digunakan adalah waring dan harus disediakan 2 unit keramba dengan menggunakan hapa untuk menampung nener yang berukuran < 1 cm,.seperti gambar berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1.  

Persiapan

Keringkanlah tambak dan jemur selama kurang lebih 10 hari (tergantung cuaca), pada saat penjemuran ini lakukanlah segala konstruksi membangun keramba, titi control dan lain sebagainya.

 

3 hari sebelum pemasukan air, lakukanlah pengapuran dengan dolomit sebanyak 20 kg. setelah pemasukan air lakukan pemasangan kincir/long am. Juga harus dipupuk dengan TSP sebanyak 5 Kg. pemasukan air tidak perlu menggunakan saringan yang halus cukup dengan waring,  pemasukan air diupakan pada puncak pasang tertinggi yaitu ½ jam sebelum dan sesudah puncak, hal ini penting untuk memperoleh salinitas dan kwalitas air yang lebih tinggi

 

  1.  

Pemilihan dan Penebaran Bibit

Nama

Ciri-ciri

Kerapu lumpur/balong/estu ary grouper (Epinephelus spp).

Bentuknya memanjang dan gilik.

Warna dasar abu-abu muda dengan bintik-bintik.

Ada yang berbintik coklat dengan 5 pita vertikal dengan warna gelap.

Habitatnya umumnya terdapat banyak lumpur, sehingga disebut kerapu lumpur.

Pertumbuhannya paling cepat dan benihnya tersedia. Ukuran konsumsi 400 - 1200 gram.

Jumlah ikan kerapu ditaksir ada 46 spesies yang hidup di berbagai tipe perairan. Dari jumlah tersebut terdapat beberapa jenis yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk dibudidaya salah satunya adalah kerapu lumpur.

 

 

 

Cara Mendapatkan Benih Benih ikan yang akan dibudidayakan harus bermutu baik agar mencapai produksi yang diinginkan. Keberadaan sumber benih sudah mulai dikembangkan walaupun hasilnya belum memuaskan, terutama jenis kerapu lumpur. Penyebaran nener di tepi pantai dan akan booming pada bulan Agustus-Februari.

 

Alat tangkap yang digunakan dalam penangkapan ikan kerapu masih tradisional, Penangkapan nener di tepi pantai digunakan sero dan pukat kantong. Pengoperasian alat ini, khusus untuk penangkapan nener kerapu dilakukan pada malam hari terutama di hari-hari bulan gelap.

 

Perlu diperhatikan bahwa sebelum pemasukan nener kedalam keramba maka kincir/long am sudah harus dioperasikan minimal 1 jam sebelumnya. Ukuran nener yang dibutuhkan berkisar 1 – 3 cm yang akan dijadikan Benih ukuran gelondongan (5-10 cm). Sebelum dipelihara, terlebih dahulu direndam dalam air yang mengandung antiseptik/antibiotic 5 ppm dan perlu   disortasi   terlebih   dahulu,   kemudian pendederan dilakukan dalam keramba yang berbeda. Untuk nener yang berukuran < 1 cm ditempatkan dalam keramba dengan hapa, sedangkan yang lainnya pada keramba dari waring sesuai dengan ukurannya. Pendederan ini memerlukan waktu antara 30-45 hari hingga mencapai ukuran gelondongan  (5-10 cm). Padat tebar adalah maksimal adalah 200 – 250 ekor/m2.

 

 

 

  1.  

Jenis Pakan dan Pemberiannya

No

Ukuran ikan (cm)

Jenis pakan

Persentase ( % )

1

< 1 cm

FF 500

50

2

1 - < 2

FF 800 & FF 1000

40

3

2 - < 3

FF 99

30

4

“ > 3

781 (-1)

25

Biaya pakan merupakan biaya operasional terbanyak sehingga harus ditekan sampai sekecil-kecilnya, tetapi hasilnya optimal. Hal ini dapat dilakukan melalui pemilihan jenis pakan yang tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harga yang relatif murah. Pakan buatan yang berupa pellet khusus untuk ikan kerapu belum beredar di pasar. Sehingga pada desain ini maka demonstrator menggunakan pakan lele terapung FF 500, FF 800 dan FF 1000.

Pemberian pakan ini dilakukan dengan terlebih dahulu mencampur dengan ikan segar yang telah dihaluskan dengan blender. Selanjutnya diangin-anginkan hingga 10-15 menit. Perlakuan ini bertujun untuk merobah aroma pakan serta mencegah agar pakan tidak mengembang dalam perut ikan yang mengakibatkan kematian.

Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi sekitar pukul 6.00 – 7.00 Wib dan sore sekitar pukul 18.00 – 19.00 Wib. Waktu ini perlu diperhatikan karena pada saat ini ikan akan aktif.

Dosis pemberian pakan tergantung ukuran ikan.

 

 

  1.  

Perawatan Rakit dan Keramba

Seluruh sarana khususnya keramba perlu dirawat agar dapat meningkatkan produksi dan penurunan biaya. Mata jaring yang kecil akan memudahkan jaring/keramba cepat kotor, karena ditempeli organisme pengganggu seperti beberapa jenis alga, terutip, dan kerang-kerangan. Menempelnya organisme tersebut akan menghambat pertukaran air. Untuk mengatasinya keramba harus diganti setiap 10 hari. Pada saat pergantian ini ikan dikeluarkan, selanjutnya direndam dalam formalin 100 ppm selama 30 menit.

 

 

  1.  

Pengendalian Penyakit

No

Penyebab

Gejala

Penanggulangan

1.

 

 

 

2a.

Pengaruh stres akibat penangkapan & transportasi.

 

 

 

Mikro organisme Nerocila sp) golongan crustacea dan bersifat vivipar.

Ikan menjadi shok, tidak mau makan, kanibalisme dan mening-katnya kepekaan terhadap penyakit.

 

Menyerang bagian insang sehingga pernafasan rongga hidung terganggu.

Penanganan tangkap-an & pengangkutan harus hati- hati. Pada saat penebaran dilakukan aklimatisasi

 

Penyemprotan keramba dengan larutan formalin 200 ppm.

 

2b.

 

 

 

2c.

 

 

2d.

 

 

 

 

2e.

 

 

 

 

 

 

 

 

2f.

 

Cacing dari jenis Diplectanum ukuran 0,5 - 1,9 mm

 

 

 

Protozoa Cyptocaryon Sp (Cryptocaryonio-sis) bintik putih (white Spot).

 

 

 Bakteri bakteri perusak sirip (bakterial fin rot).

 

 

 

 

 

Bakteri vibrio sp (penyakit vibriosis)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bakteri reptococcus sp. (penyakit Strepcocosis)

Ikan menjadi shok, tidak mau makan, kanibalisme dan mening-katnya kepekaan terhadap penyakit.

 

Menyerang bagian insang sehingga pernafasan rongga hidung terganggu.

 

 

Menyerang insang ikan sehingga warna menjadi pucat dan berlendir

 

 

 

 

Menyerang pada bagian kulit dan insang Hilangnya selera makan,lesu, mata menjadi buta,sisik terkupas,pendarahan,kerus akan sirip serta dan insang banyak lendir yang menempel Dilanjutkan dengan serangan  sekunder oleh bakteri Kerusakan pada sirip terutama pada ujungnya. Akibat luka gigitan terinfeksi oleh bakteri tersebut.

 

Ikan tampak  berwarna gelap. Ikan kelihatan kelelahan, berenangnya tidak teratur dan terjadi pendarahan pada mata.

 

Penyakit ini resisten terhadap sejumlah antibiotik penanggulangan.

Penanganan tangkap-an & pengangkutan harus hati- hati. Pada saat penebaran dilakukan aklimatisasi

 

Penyemprotan keramba dengan larutan formalin 200 ppm.

 

 

 

Perendaman ikan dalam larutan formalin 200 ppm selama  0,5 - 1 jam, diulangi setelah   3 hari atau direndam dalam   air tawar selama 1 jam

 

 

Merendam ikan dalam air laut yang mengandung formalin 200 ppm selama 0,5 - 1 jam, formalin 100 ppm + acrilavin 10 ppm selama 1 jam. Atau air tawar selama 1 jam   untuk kerapu lumpur Diulangi 2 - 3 kali.

Perendaman dengan antibiotik masing-masing nitro furazone 15 ppm sulfonamid 50 ppm niomycin sulphat 50 ppm chloramphe nicol  50 ppm selama  2 - 4 jam.

 

 

 Memberi oxycyclin sebanyak 0,5 gr/kg pakan selama 7 hari atau chloramphenicol 0,2 gr/kg pakan selama 4 hari.

 

Disarankan dengan pemberian ampixilin 0,5 gr per kg pakan selama 5 hr. Bila tidak mau makan dapat diberi  suntikan dengan pemicillin 3000 unit/kg ikan

Di lingkungan  alam, ikan dapat diserang berbagai  macam  penyakit  atau parasit. Demikian juga dalam pembudidayaan, bahkan penyakit/parasit tersebut dapat menyerang dalam jumlah yang lebih besar dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan.   Oleh karena itu, pencegahan penyakit dan penanggulangannya merupakan komponen budidaya yang penting. Penyebab penyakit antara lain stres, organisme patogen (seperti protozoa, bakteri dan virus), perubahan lingkungan (seperti adanya blooming alga), faktor racun (dosis obat yang berlebihan), dan kekurangan nutrisi.

 

Penyebab yang berbeda akan menyebabkan pula perbedaan tanda-tanda eksternal ikan yang sakit, misalnya kematian yang mendadak, perubahan tingkah laku, tidak mau makan dan sisik terkupas. Beberapa penyebab dan faktor   penyebab penyakit, sistem dan cara penanggulangannya seperti diuraikan dalam Tabel berikut.

 

 

 

  1.  

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah berukuran 7 – 10 cm atau sekitar 30 – 45 hari pemeliharaan.dan dilakukan pada malam hari. Pemanenan dilakukan sera parsial yaitu ikan yang telah memenuhi syarat ukuran.  Yang belum cukup ukuran tetap dipelihara. Pada hari pemanenan pemberian pakan dihentikan.

Hasil panen harus segera dimasukkan dalam kantong plastic berukuran 20 kg. plastic diisi dengan air dari dalam tambak sebanyak 5 kg selanjutnya ikan dimasukkan sebanyak 50 ekor, selanjutnya diisi dengan oksigen. Pakkingan  ini akan dapat mempertahankan kondisi ikan tetap sehat selama maksimal 8 jam.

 

  1.  

Pencatatan dan Perulangan

Catatlah semua kegiatan yang dilakukan dengan cermat pada buku harian

Ulangilah budidaya minimal 3 siklus

 

  1.  

Analisa Finansial

Tolok Ukur

No

Uraian

Satuan

Nilai/Jumlah

1

Periode Proyek

tahun

1

2

Bulan kerja setahun

bulan

12

 

No

Uraian

Satuan

Nilai/Jumlah

3

Hari kerja

 

 

 

a. Hari kerja per bulan

hari

30

 

b. Hari kerja per siklus

hari

60

4

Siklus usaha per tahun

kali

6

5

Jumlah per unit usaha

 

 

 

a. Jumlah Petakan

unit

4

 

b. Volume per unit KJT

M3

120

 

c. Jumlah unit / 1 orang operator

unit

2

7

bibit

 

 

 

a. Jumlah bibit per siklus

ekor

24,000

 

b. Survival rate / SR (kelulus hidupan)

%

60

 

c. Tingkat keberhasilan usaha

%

80

 

d.     Harga nener / ekor

Rp

1500

8

Padat tebar 

m3

100

9

Out put produksi

 

 

 

a. Produksi per tahun

Kg

69,840

 

b. Ukuran produksi

Cm

10

 

c. Konversi pakan

%

60

 

d. Kerusakan Produk

%

3

10

Harga Produksi

Rp

7,000

11

Lamanya  per siklus

hari

60

12

Lamanya menunggu pendapatan hasil penjualan

hari

4

14

Biaya perawatan

%

1

15

Tenaga Kerja

 

 

 

a. Teknisi

Orang/bulan

1

 

b. Operator

Orang/bulan

1

16

Kenaikan biaya dan harga per tahun

%

5

17

Pajak atas laba untuk UMK

%

1

18

Suku bunga per tahun

%

4

19

Proporsi Modal

 

 

 

a. Modal sendiri

%

100

 

Bantuan Pemerintah

%

0

 

 

 

 

Bila desain ini dilakukan dengan baik sebagaimana prosedur teknis maka tolok ukur adalah sebagai berikut:

 

Tabel 1. Tolok Ukur / asumsi Usaha Penggelondongan Kerapu Lumpur

 

 

 

 

Analisa Investasi

No

Komponen Biaya

Satuan

Jumlah fisik

Harga per satuan (Rp)

Jumlah Biaya (Rp)

Umur ekonomis (tahun)

Nilai Penyusutan (Rp)

Nilai Sisa Akhir (Rp)

1

Sewa Tambak / tahun

unit

2

1,000,000

2,000,000

1

2,000,000

0

2

Kincir

unit

4

5,500,000

22,000,000

5

4,400,000

17,600,000

3

Keramba

Unit

8

500,000

4,000,000

2

2,000,000

2,000,000

4

Titi kontrol

unit

2

1,000,000

2,000,000

2

1,000,000

1,000,000

5

Instalasi Listrik

paket

1

6,000,000

6,000,000

10

600,000

5,400,000

6

Perlengkapan lainnya

paket

2

500,000

1,000,000

1

1,000,000

0

 

Jumlah

 

 

 

37,000,000

 

11,000,000

26,000,000

 

Tabel 2. Analisa Investasi Usaha Penggelondongan Kerapu Lumpur

 

 

 

 

Analisa Biaya Operasional

No

Komponen Biaya

Satuan

Jumlah fisik

Harga per satuan (Rp)

Jumlah Biaya 1 tahun  (Rp)

I

BIAYA TETAP

 

 

 

 

1

Tenaga teknisi

orang/ bulan

12

0

0

2

Tenaga operator

orang/ bulan

12

2,500,000

30,000,000

3

Biaya Perawatan (5% x investasi)

paket

1

370,000

370,000

 

Jumlah Biaya Tetap

 

 

 

30,370,000

 

 

 

 

 

 

II

BIAYA VARIABEL

 

 

 

 

1

Biaya listrik

bulan

12

5,000,000

60,000,000

2

Dolomit

ZAK

6

40,000

240,000

3

Pakan pabrik

Kg

2,000

13,000

26,000,000

4

Ikan rucah

Kg

400

5,000

2,000,000

5

Bibit

ekor

150,000

1,500

225,000,000

6

Vitamin

bukus

60

20,000

1,200,000

7

Pakkingan

paket

6

500,000

3,000,000

 

Jumlah Biaya Variabel

 

 

 

314,440,000

 

TOTAL BIAYA PER TAHUN

 

 

 

344,810,000

 

Tabel 3. Analisa Biaya Operasional / tahun

 

 

 

 

 

 

Analisa Produksi

Bibit (EKOR)

SR (%)

HR (%)

PANEN (EKOR)

RUSAK (%)

VOLUME TERJUAL (Kg)

Harga/ ekor (Rp)

Pendapatan Kotor (Rp)

 

150,000

60

80

72,000

2,160

69,840

7,000

488,880,000

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan :

 

 

 

 

 

 

 

SR

= Survival rate / persen kehidupan benur

 

HR

= Hatching rate / persentase keberhasilan

 

Size

= Ukuran panen udang

 

Rusak

= tingkat kerusakan yang tidak dapat dijual

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 4. Analisa Produksi Usaha Penggelondongan Kerapu Lumpur / tahun

 

 

 

Analisa Rugi Laba

NO

URAIAN

(Rp)

A

Total Penerimaan

488,880,000

 

 

 

B

 Pengeluaran

355,810,000

 

1. Biaya tetap

30,370,000

 

2. Biaya Variabel

314,440,000

 

3. Penyusutan

11,000,000

 

 

 

C

R/L sebelum pajak

133,070,000

D

Pajak (1%)

1,330,700

E

Laba Setelah Pajak

131,739,300

 

Tabel 5.   Analisa Rugi/Laba Usaha Penggelondongan Kerapu Lumpur / tahun

 

 

 

Dari analisa rugi laba tersebut terlihat bahwa keuntungan dalam 1 tahun mencapai Rp. 131.739.300.- atau sama dengan Rp. 10.978. 275.- / bulan. Usaha ini akan mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga pelaku utama.- sehingga usaha ini layak dikembangkan, namun sebelumnya perlu diujicobakan sehingga ditemukan berbagai kendala yang akan disempurnakan kemudian.

 

BAB III

PELAKSANAAN UJI COBA

 

3.1.     Waktu pelaksanaan

Uji coba lapang ini dilaksanakan mulai Pebruari 2018 sampai dengan Mei 2019 dengan uraian sebagai berikut :

 Sosialisasi dan pemilihan demonstrator, Pebruari 2018

Perencanaan dan konstruksi Maret – Mei 2018

 Siklus pertama dilaksanakan Juni sampai dengan Juli 2018

Siklus kedua dilaksanakan pada Agustus – September 2018 

Siklus ke tiga dilaksanakan Oktober  sampai dengan November 2018

Siklus ke empat dilaksanakan Desember 2018 – Januari 2019

Siklus V dilaksanakan Pebruari – Maret 2019

SiklusVI dilaksanakan April – Mei 2019

 

3.2.     Pemilihan Demonstrator

Setelah desain uji coba disosialisasikan kepada pada pelaku utama yang potensial pada akhirnya diperoleh 1 orang demonstrator yang memenuhi kriteria yaitu : an. Polo Munte beralamat di Desa Tangkahan Durian Kecamatan Brandan Barat.

.

  1.  

Perencanaan

No

Uraian

Satuan

Nilai/Jumlah

1

Periode Proyek

tahun

1

2

Bulan kerja setahun

bulan

12

 

No

Uraian

Satuan

Nilai/Jumlah

3

Hari kerja

 

 

 

a. Hari kerja per bulan

hari

30

 

b. Hari kerja per siklus

hari

60

4

Siklus usaha per tahun

kali

6

5

Jumlah per unit usaha

 

 

 

a. Jumlah Petakan

unit

4

 

b. Volume per unit KJT

M3

120

 

c. Jumlah unit / 1 orang operator

unit

2

7

bibit

 

 

 

a. Jumlah bibit per siklus

ekor

24,000

 

b. Survival rate / SR (kelulus hidupan)

%

60

 

c. Tingkat keberhasilan usaha

%

80

 

d.     Harga nener / ekor

Rp

1500

8

Padat tebar 

m3

100

9

Out put produksi

 

 

 

a. Produksi per tahun

Kg

69,840

 

b. Ukuran produksi

Cm

10

 

c. Konversi pakan

%

60

 

d. Kerusakan Produk

%

3

10

Harga Produksi

Rp

7,000

11

Lamanya  per siklus

hari

60

12

Lamanya menunggu pendapatan hasil penjualan

hari

4

14

Biaya perawatan

%

1

15

Tenaga Kerja

 

 

 

a. Teknisi

Orang/bulan

1

 

b. Operator

Orang/bulan

1

16

Kenaikan biaya dan harga per tahun

%

5

17

Pajak atas laba untuk UMK

%

1

18

Suku bunga per tahun

%

4

19

Proporsi Modal

 

 

 

a. Modal sendiri

%

100

 

Bantuan Pemerintah

%

0

 

 

 

 

Sebelum memulai uji coba maka ditetapkan terlebih dahulu rencana kerja yang akan diikuti yaitu sebagai berikut:

Tabel 6. Rencana kerja uji coba lapang paket teknologi spesifik lokasi

 

 

 

  1.  

Realisasi Investasi

No

Komponen Biaya

Satuan

Jumlah fisik

Harga per satuan (Rp)

Jumlah Biaya (Rp)

Umur ekonomis (tahun)

Nilai Penyusutan (Rp)

Nilai Sisa Akhir (Rp)

1

Sewa Lahan 1 tahun

m2/tahun

1,500

1,000

1,500,000

1

1,500,000

0

2

Kincir 1,5 HP (kompit)

unit

4

6,000,000

24,000,000

4

6,000,000

18,000,000

3

Generator 2000 Watt

unit

1

4,500,000

4,500,000

6

750,000

3,750,000

4

Rehab dan penyesuaian desain tambak

paket

1

4,000,000

4,000,000

4

1,000,000

3,000,000

5

Pembuatan titi kontrol

unit

2

2,000,000

4,000,000

4

1,000,000

3,000,000

6

Keramba dan kayu patok

unit

8

1,500,000

12,000,000

2

6,000,000

6,000,000

7

Instalasi listrik

Paket

1

4,000,000

4,000,000

4

1,000,000

3,000,000

8

Instalasi penerangan

paket

1

500,000

500,000

2

250,000

250,000

9

Pembuatan pondok

paket

1

4,000,000

4,000,000

4

1,000,000

3,000,000

10

Lain-lain

paket

1

1,325,050

1,325,050

4

331,263

993,788

 

Jumlah

 

 

 

59,825,050

4

18,831,263

40,993,788

 

Tabel 2. Realisasi Investasi Usaha Penggelondongan Kerapu Lumpur

 

 

 

 

Realisasi Biaya Operasional

No

Komponen Biaya

SIKLUS I

SIKLUS 2

Satuan

Jumlah fisik

Harga per satuan (Rp)

Jumlah Biaya (Rp)

Satuan

Jumlah fisik

Harga per satuan (Rp)

Jumlah Biaya (Rp)

I

BIAYA TETAP

 

 

 

 

 

 

 

 

1

Tenaga teknisi

org/bln

2

500,000

1,000,000

org/bln

2

500,000

1,000,000

2

Tenaga operator

org/bln

2

2,000,000

4,000,000

org/bln

2

2,000,000

4,000,000

3

Listrik (pembulatan)

bulan

2

ls

7,456,000

bulan

2

ls

6,988,000

4

BBM

ltr

8

7,500

60,000

ltr

12

7,500

90,000

5

Biaya Perawatan

paket

0

0

0

paket

0

0

0

 

Jumlah Biaya Tetap

 

 

 

12,516,000

 

 

 

12,078,000

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II

BIAYA VARIABEL

 

 

 

 

 

 

 

 

1

Dolomit

ZAK

5

40,000

200,000

ZAK

1

40,000

40,000

2

Pakan buatan

Kg

980

13,500

13,230,000

Kg

940

13,500

12,690,000

3

Ikan rucah

Kg

120

5,500

660,000

Kg

124

5,500

682,000

4

Bibit

ekor

12,600

1,700

21,420,000

ekor

12,500

1,700

21,250,000

5

Vitamin

bukus

2

20,000

40,000

bukus

2

20,000

40,000

6

Biaya packing

ls

ls

280,000

280,000

ls

ls

300,000

300,000

 

Jumlah

 

 

 

35,830,000

 

 

 

35,002,000

 

TOTAL BIAYA

 

 

 

48,346,000

 

 

 

47,080,000

No

Komponen Biaya

SIKLUS 3

SIKLUS 4

Satuan

Jumlah fisik

Harga per satuan (Rp)

Jumlah Biaya (Rp)

Satuan

Jumlah fisik

Harga per satuan (Rp)

Jumlah Biaya (Rp)

I

BIAYA TETAP

 

 

 

 

 

 

 

 

1

Tenaga teknisi

org/bln

2

500,000

1,000,000

org/bln

2

500,000

1,000,000

2

Tenaga operator

org/bln

2

2,000,000

4,000,000

org/bln

2

2,000,000

4,000,000

3

Listrik (pembulatan)

bulan

2

ls

8,258,000

bulan

2

ls

7,986,000

4

BBM

ltr

12

7,500

90,000

ltr

16

7,500

120,000

5

Biaya Perawatan

paket

0

0

0

paket

0

0

0

 

Jumlah Biaya Tetap

 

 

 

13,348,000

 

 

 

13,106,000

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II

BIAYA VARIABEL

 

 

 

 

 

 

 

 

1

Dolomit

ZAK

1

40,000

40,000

ZAK

1

40,000

40,000

2

Pakan buatan

Kg

956

13,500

12,906,000

Kg

920

13,500

12,420,000

3

Ikan rucah

Kg

118

5,500

649,000

Kg

132

5,500

726,000

4

Bibit

ekor

12,200

1,700

20,740,000

ekor

13,000

1,700

22,100,000

5

Vitamin

bukus

2

20,000

40,000

bukus

2

20,000

40,000

6

Biaya packing

ls

ls

300,000

300,000

ls

ls

300,000

300,000

 

Jumlah

 

 

 

34,675,000

 

 

 

35,626,000

 

TOTAL BIAYA

 

 

 

48,023,000

 

 

 

48,732,000

No

Komponen Biaya

SIKLUS 5

SIKLUS 6

TOTAL

Satuan

Jumlah fisik

Harga per satuan (Rp)

Jumlah Biaya (Rp)

Satuan

Jumlah fisik

Harga per satuan (Rp)

Jumlah Biaya (Rp)

I

BIAYA TETAP

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1

Tenaga teknisi

org/bln

2

500,000

1,000,000

org/bln

2

500,000

1,000,000

6,000,000

2

Tenaga operator

org/bln

2

2,000,000

4,000,000

org/bln

2

2,000,000

4,000,000

24,000,000

3

Listrik (pembulatan)

bulan

2

ls

7,853,000

bulan

2

ls

8,058,000

46,599,000

4

BBM

ltr

12

7,500

90,000

ltr

12

7,500

90,000

540,000

5

Biaya Perawatan

paket

LS

250,000

250,000

paket

0

0

0

250,000

 

Jumlah Biaya Tetap

 

 

 

13,193,000

 

 

 

13,148,000

77,389,000

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II

BIAYA VARIABEL

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1

Dolomit

ZAK

1

40,000

40,000

ZAK

1

40,000

40,000

400,000

2

Pakan buatan

Kg

940

13,500

12,690,000

Kg

960

13,500

12,960,000

76,896,000

3

Ikan rucah

Kg

128

5,500

704,000

Kg

124

5,500

682,000

4,103,000

4

Bibit

ekor

11,800

1,700

20,060,000

ekor

12,500

1,700

21,250,000

126,820,000

5

Vitamin

bukus

2

20,000

40,000

bukus

2

20,000

40,000

240,000

6

Biaya packing

ls

ls

300,000

300,000

ls

ls

300,000

300,000

1,780,000

 

Jumlah

 

 

 

33,834,000

 

 

 

35,272,000

210,239,000

 

TOTAL BIAYA

 

 

 

47,027,000

 

 

 

48,420,000

287,628,000

 

Tabel 3. Realisasi Biaya Operasional

 

 

 

 

 

 

Realisasi Produksi dan Pendapatan

Siklus

Jumlah Benur (ekor)

Ukuran jual (cm)

Jumlah (ekor)

Harga (Rp)

Penerimaan (Rp)

SR (%)

Siklus 1

12,600

10 - 13

6,540

9,000

58,860,000

0.71

7 - < 10

2,458

6,500

15,977,000

Jumlah

12,600

 

8,998

 

74,837,000

 

Siklus 2

12,500

10 - 13

5,240

9,000

47,160,000

0.56

7 - < 10

1,800

6,500

11,700,000

Jumlah

12,500

 

7,040

 

58,860,000

 

Siklus 3

12,200

10 - 13

5,890

9,000

53,010,000

0.66

7 - < 10

2,200

6,500

14,300,000

Jumlah

12,200

 

8,090

 

67,310,000

 

Siklus 4

13,000

10 - 13

4,500

9,000

40,500,000

0.58

7 - < 10

2,987

6,500

19,415,500

Jumlah

13,000

 

7,487

 

59,915,500

 

Siklus 5

11,800

10 - 13

5,600

9,000

50,400,000

0.65

7 - < 10

2,100

6,500

13,650,000

Jumlah

11,800

 

7,700

 

64,050,000

 

Siklus 6

12,500

10 - 13

6,350

9,000

57,150,000

0.66

7 - < 10

1,870

6,500

12,155,000

Jumlah

12,500

 

8,220

 

69,305,000

 

TOTAL

74,600

 

47,535

 

394,277,500

 

RATA-RATA / SIKLUS

12,433

 

7,923

 

65,712,917

0.64

Keterangan :

 

 

 

 

 

 

SR

= Survival rate / persen kehidupan benur

Size

= Ukuran panen udang

Rusak

= tingkat kerusakan yang tidak dapat dijual

 

Tabel 4. Realisasi  Produksi dan pendapatan Uji coba Penggelondongan Kerapu Lumpur

 

 

 

 

 

 

Perhitungan Rugi Laba

NO

URAIAN

SIKLUS  1

SIKLUS  2

SIKLUS 3

SIKLUS  4

SIKLUS  5

SIKLUS 6

JUMLAH (Rp)

A

Total Penerimaan

74,837,000

58,860,000

67,310,000

59,915,500

64,050,000

69,305,000

394,277,500

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B

 Pengeluaran

48,346,000

47,080,000

48,023,000

48,732,000

47,027,000

54,697,088

293,905,088

 

1. Biaya tetap

12,516,000

12,078,000

13,348,000

13,106,000

13,193,000

13,148,000

77,389,000

 

2. Biaya Variabel

35,830,000

35,002,000

34,675,000

35,626,000

33,834,000

35,272,000

210,239,000

 

3. Penyusutan

 

 

 

 

 

6,277,088

6,277,088

 

 

 

 

 

 

 

 

0

C

R/L sebelum pajak

26,491,000

11,780,000

19,287,000

11,183,500

17,023,000

14,607,913

100,372,413

D

Pajak UMK Final  (1%)

264,910

117,800

192,870

111,835

170,230

146,079

1,003,724

E

Laba Setelah Pajak

26,226,090

11,662,200

19,094,130

11,071,665

16,852,770

14,461,833

99,368,688

 

Tabel 5.   Perhitungan  Rugi/Laba Uji coba Penggelondongan Kerapu Lumpur

 

 

 

 

Dari perhitungan rugi laba tersebut terlihat bahwa keuntungan dalam 1 tahun mencapai Rp. 99.368.688.- atau sama dengan Rp. 8,280,724 / bulan. Dengan demikian usaha penggelondongan kerapu lumpur ini dapat dijadikan usaha rumah tangga di Kabupaten Langkat.

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

  1.  

Rekomendasi

Teknologi penggelondongan kerapu lumpur sesuai untuk dikembangkan di Kabupaten Langkat.

Alih teknologi ini perlu segera disosialisasikan kepada para pelaku utama budidaya.

Untuk mendukung alih teknologi ini dibutuhkan peran serta perbank-kan untuk menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor perikanan sebagai biaya investasi dan operasional.

 

  1.  

Penutup

Demikian laporan uji coba lapang paket teknologi spesifik lokasi ini disusun kiranya dapat mempercepat tingkat adopsi teknologi BUSMETIK di Kabupaten Langkat.

 

Stabat,    Juni 2019

Pelaksana

 

Markus Sembiring,S.Pi.,M.I.L

Penyuluh Perikanan Muda




Tulis Komentar Facebook

Tuliskan komentar anda dari akun Facebook

Lihat semua komentar

Tulis sebuah komentar