Mengenal Ikan Dewa, Ikan Pribumi yang Langka dan Mahal

Oleh ANGGI SOESALIT, S. St. Pi 30 Apr 2021, 03:59:45 WIB Konservasi Perairan
Mengenal Ikan Dewa, Ikan Pribumi  yang Langka dan Mahal

Keterangan Gambar : Jenis ikan Dewa torsoro dan sejarahnya di Indonesia


unduh disini

Nama yang disandang ikan air tawar pribumi yang memiliki nama latin Tor sp ini memang beragam. Di Jawa Barat, dipanggil dengan nama ikan Kancra, di Jawa Tengah dan Timur dikenal dengan nama ikan Tombro, di Sumatera bagian selatan dipanggil dengan nama ikan Semah. Di daerah lainnya, nama sebutannya adalah ikan Batak, ikan Curong, ikan Lempon, ikan Ihan, ikan Sepan, ikan Kelah, ikan Masheer, ikan Torsoro dan ikan Dewa.

Nama sebutan terakhir di atas yakni ikan Dewa belakangan memang yang dipopulerkan untuk digunakan memanggil ikan dengan nama latin Tor soro . Nama Dewa ini muncul diduga karena jenis ikan konsumsi yang memiliki harga mahal ini sejak dulu sering ditemukan menghuni kolam dan telaga larangan yang dikeramatkan oleh masyarakat. Ikan Dewa yang dikeramatkan tersebut, tidak boleh ditangkap sembarangan, namun harus melalui ritual khusus.

Selain dikeramatkan, jenis ikan dari keluarga ikan karper dari suku Cyprinidae ini juga tergolong langka. Satu lagi, di dalam wadah budidaya ikan ini juga tergolong lambat pertumbuhannya. Untuk mencapai ukuran konsumsi diperlukan waktu setahun lebih. Boleh jadi karena itulah ikan ini memiliki harga mahal, ratusan ribu rupiah sekilonya. Pada saat tahun baru Imlek, harganya (konon) bahkan bisa mencapai jutaan rupiah sekilonya.

 

Ikan langka

Berdasarkan sejumlah hasil kajian dan penelitian, di Indonesia ditemukan sedikitnya empat jenis ikan dari genus Tor yakni Tor tambroides, Tor tambra, Tor soro dan Tor douronensis. Namun beberapa peneliti ada yang menganggap bahwa klasifikasi ikan jenis ini masih rancu sehingga masih diperlukan kajian lebih lanjut.

Di Indonesia, ikan ini bisa ditemukan di sejumlah daerah di antaranya di Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Di alam aslinya, ikan jenis ini senang hidup di sungai di daerah pegunungan yang memiliki aliran deras. Di alam aslinya, jenis ikan ini (semah dan tombro) dilaporkan bisa hidup dan tumbuh hingga sepanjang lebih dari satu meter dengan berat lebih dari 30 Kg.

Ikan yang mencapai ukuran tersebut umurnya diperkirakan sudah mencapai belasan bahkan puluhan tahun karena jenis ikan ini dikenal memiliki pertumbuhan yang lambat. Di alam aslinya (di beberapa daerah), jenis ikan ini sudah tergolong langka. Boleh jadi karena itulah, harganya di pasaran tergolong mahal.

 

Sudah dirilis

Meski harganya relatif mahal, ikan Dewa yang diabadikan sebagai relief di dinding Candi Borobudur ini belum banyak dibudidayakan oleh pembudidaya ikan. Padahal, sudah sejak tahun 2011 lalu Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui SK No: 66/Men/2011 tertanggal 29 November 2011 telah merilis jenis Ikan Torsoro (Tor Soro,Valenciennes) ini.

Ikan Torsoro yang dirilis KKP tersebut merupakan hasil domestikasi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (sekarang jadi Balai Riset PerikananAir Tawar dan Penyuluhan Perikanan) Bogor yang dikoleksi dari Sumatera Utara (Arek Sirambe dan Tarutung) dan Jawa barat (Kuningan).

Selain sudah dirilis, dalam rangka pembinaan populasi Ikan Dewa (Tor soro) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) juga telah melakukan translokasi ikan dewa yang masih berupa anakan dari kolam pemijahan Cijeruk Bogor ke dalam kawasan TNGC.

Translokasi tersebut merupakan salah satu upaya konservasi ikan dewa agar tetap terjaga kelestariannya di alam khususnya di Kawasan TNGC sehingga tetap terjaga menjadi kebangaan masyarakat Kuningan (Jawa Barat). Di Kuningan, ikan Dewa banyak ditemukan di kolam pemandian keramat di kolam Cibulan, Cigugur, Pasawahan, Linggajati, dan Darmaloka. (Agus Rochdianto, Penyuluh Perikanan Madya di Tabanan)

 

 

 

 




Tulis Komentar Facebook

Tuliskan komentar anda dari akun Facebook

Tulis untuk sebuah komentar

Ada 1 Komentar untuk Berita Ini

Lihat semua komentar

Tulis sebuah komentar